Perilaku Pemilih Berubah dari Partai ke Individu
Kendati berbeda, baik swing voters maupun undecided voters memiliki kesamaan. Mereka masih mungkin mengubah pilihannya menjelang hari pemilihan. Reza mengutip pernyataan Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Burhanuddin Muhtadi dalam buku berjudul Perang Bintang: Konstelasi dan Prediksi Pemilu dan Pilpres mengatakan, tingginya angka swing voters dan undecided voters karena adanya perubahan perilaku pemilih.
Masih dalam buku tersebut menurut Muhtadi, tren pemilih di Indonesia telah bergeser dari loyalitas terhadap partai ke preferensi individu. Pemilih cenderung melihat program yang ditawarkan kandidat dan bukan partainya.
“Semakin lama, preferensi berdasarkan partai semakin berkurang dan cenderung ditinggalkan,” tulisnya.
Firmanzah dalam buku Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas juga mengutarakan hal yang sama. Menurutnya terdapat tren di sejumlah negara yang memperlihatkan semakin meningkatnya proporsi non-partisan dalam pemilihan umum.
Kaum non-partisan ini lebih melihat kemampuan dan kapasitas seorang kandidat atau program kerja yang diusung. Fenomena ini menunjukkan bahwa pemilih kini semakin kritis terhadap partai politik.
Media sosial juga turut mengubah perilaku pemilih. Kampanye melalui media sosial semakin massif. Di era serba digital, informasi di media sosial kerap dijadikan rujukan pemilih selain media mainstream. Pemilih mencari tahu segala sesuatu terkait kandidat dan programnya di media sosial.
Pada akhirnya pola konsumsi informasi inilah yang berperan dalam membentuk pandangan pemilih sebelum menjatuhkan pilihannya.
Comments 5