Potret Pilkada DKI Jakarta
Potret Pilkada DKI Jakarta menjadi contoh dalam voter turnout. Faktor pemicu voter turnout adalah terkait perilaku pemilih. Tingginya voter turnout dipicu kejenuhan terhadap sosok yang berkontestasi dalam pilkada atau karena tidak ada sosok yang diminati.
Sebagai contoh Anies Baswedan yang merupakan incumbent tapi tidak bertarung di Pilkada Jakarta. Di kalangan pendukung Anies tidak sedikit yang belum menentukan pilihan mendekati hari pemilihan.
Secara psikologis hal itu berpengaruh terhadap pemilih loyal Anies, apakah ingin golput atau coblos semua paslon.
Partisipasi dalam Pilkada Jakarta 2024 tercatat sebanyak 57,6 persen dari 8,2 juta pemilih. Artinya hanya sekitar 4,3 juta pemilih yang datang ke TPS.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tiga kali pilkada di Jakarta. Pada pilkada tahun 2007 dan 2012, partisipasi pemilih mencapai 65 persen. Bahkan pada 2017 saat Anies Baswedan memenangkan Pilkada Jakarta, partisipasi pemilih mencapai lebih dari 70 persen.
Selain Jakarta, pilkada yang memiliki angka partisipasi rendah adalah Sumatera Utara (Sumut). Partisipasi Pilkada Sumut tercatat rendah dari Jakarta yakni 55,6 persen.
Pilkada itu diikuti dua paslon, yakni menantu mantan Presiden Joko Widodo, Muhammad Bobby Afif Nasution yang berpasangan dengan Surya, melawan incumbent Edy Rahmady-Hasan Basri.
Comments 1