humastangsel.com – Anugerah Jurnalistik Adinegoro (AJA) 2024 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya, jumlah peserta yang mengirimkan karya tulisan mendalam sebanyak 519 karya. Tahun sebelumnya, ajang bergengsi tahunan bagi para jurnalis se-Indonesia ini hanya 406 peserta.
Pada saat ini, AJA 2024 sudah masuk pada fase penjurian. Secara karya memang bertambah, akan tetapi karya yang masuk untuk bertarung dalam AJA 2024 kategori cetak dan televisi berguguran.
Ketua Panitia Adinegoro 2024 Artini Suparmo dalam keteranganya tidak mencantumkan angka pasti rontoknya kart jurnalistik Adinegoro kategori cetak dan TV. Akan tetapi, ia hanya mengatakan secara khusus, kategori ‘Cetak’ dan ‘TV’ tampak mengalami penurunan yang paling signifikan sepanjang periode ini.
Sementara itu, kategori ‘Siber’ dan ‘Video Sosmed’ secara umum menunjukkan tren peningkatan, menegaskan pertumbuhan media digital dan sosial sebagai alat utama dalam jurnalisme kontemporer. Pada bagian ini juga Panitia Pelaksana juga tidak menyebutkan jumlah peningkatan secara angka.
“Mungkin mencerminkan pergeseran audiens dari media tradisional ke platform digital,” ujar Artini Suparmo.
Artini menegaskan secara menyeluruh jumlah peserta pada tahun 2024 melonjak menjadi 519 karya yang masuk. Ini mencerminkan antusiasme yang kuat dari kalangan jurnalis. Pihaknya juga begitu terkesan dengan kualitas dan keragaman karya yang masuk tahun ini.
“Proses penjurian akan sangat ketat mengingat tingginya standar dan kreativitas yang ditunjukkan para peserta,”ujarnya.
Data pendaftar Anugerah Jurnalistik Adinegoro dari tahun 2020 hingga 2024 mengungkapkan dinamika menarik dalam dunia jurnalisme Indonesia. Pertama, penurunan tajam jumlah karya dari 823 di tahun 2020 menjadi 406 di tahun 2023, sebelum sedikit rebound di tahun 2024, menunjukkan volatilitas yang mungkin dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti pandemi COVID-19 dan perubahan dalam konsumsi media.
Secara khusus, kategori ‘Cetak’ dan ‘TV’ tampak mengalami penurunan yang paling signifikan sepanjang periode ini, yang mungkin mencerminkan pergeseran audiens dari media tradisional ke platform digital. Sementara itu, kategori ‘Siber’ dan ‘Video Sosmed’ secara umum menunjukkan tren peningkatan, menegaskan pertumbuhan media digital dan sosial sebagai alat utama dalam jurnalisme kontemporer.
Penurunan drastis pada tahun 2023 dan rebound yang terjadi pada tahun 2024 menunjukkan respons dari industri jurnalisme dalam beradaptasi dengan tantangan baru, termasuk pengaruh teknologi dan preferensi konsumen yang berubah.
Penurunan jumlah peserta dalam kategori ‘Cetak’ dan ‘Radio’ menandakan urgensi bagi pelaku industri ini untuk berevolusi dan mungkin lebih mengintegrasikan elemen digital dalam operasi mereka untuk tetap relevan.
Keseluruhan data ini mengajak para pemangku kepentingan dalam industri jurnalisme untuk memikirkan kembali strategi mereka dalam menghadapi perubahan lansekap media. Pendekatan yang lebih inovatif dan adaptif terhadap kebiasaan konsumsi media yang berubah-ubah akan menjadi kunci bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan jurnalisme di masa depan.