HumasTangsel – Banten memang identik dengan golok, salah satunya yang terkenal adalah Golok Ciomas. Senjata tajam khas Banten ini juga sudah promosi sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia di UNESCO.
Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) angkatan 77 Kementerian Luar Negeri RI menyelenggarakan diskusi budaya bertema “Golok Banten Goes to UNESCO: Promosi Golok Banten sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia di UNESCO” yang dilaksanakan di Museum Negeri Banten, Kota Serang, Provinsi Banten, Kamis (24/10/2024).
Golok merupakan pisau besar dan berat yang fungsinya sebagai alat berkebun sekaligus senjata yang jamak ditemui di Asia Tenggara. Pada zaman dahulu, golok menjadi senjata raja sunda dalam peperangan.
Hingga kini, golok juga digunakan sebagai senjata senjata dalam seni bela diri pencak silat. Untuk bentuk dan desainnya, golok beragam. Akan tetapi dari ukuran, berat, dan bentuknya bervariasi tergantung dari pandai besi yang membuatnya.
Golok memiliki bentuk yang hampir serupa dengan machete tetapi golok cenderung lebih pendek dan lebih berat, dan sering digunakan untuk memotong semak dan dahan pohon.
Golok umumnya terbuat dari besi baja karbon yang lebih lunak daripada pisau besar lainnya di dunia. Ini membuatnya mudah untuk diasah tetapi membutuhkan pengasahan yang lebih sering.
Berdasarkan kata Golok, menurut Guru besar seni golok Indonesia, Ki Kumbang sudah muncul semenjak tahun 1300-1800. Pertama kali, kata golok muncul di era tahun 1300 sampai 1800 dan tertulis dalam sebuah manuskrip Sunda yang bernama manuskrip Sanghyang Siksakanda Ng Karesian.
“Sekarang ada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomor gerobak 320,” ucap Ki Kumbang dikutip dari kanal YouTube Polda Banten.
Comments 2